Sunday 28 October 2012

Mamah, tunggulah aku di Syurga


Ini adalah tulisanku saat mengikuti lomba cerpen ramadhan di Multiply. Sudah lama mengendap di folder netbuk. Daripada habis dimakan virus, mending aku share lah yaa~ hehe..
Selamat membaca, semoga bermanfaat ^__~


Mamah, tunggulah aku di Syurga


1 Agustus 2011, Di kamarku
Aku melihat diriku dikaca. Sangat berbeda dengan yang ada dalam foto di dinding kamarku. Rambutku yang panjang dan indah, kini tertutup oleh jilbab yang besar, pakaian ku yang mini sangat berbeda dengan gamis panjang yang kupakai saat ini. Semua berlalu begitu cepat. Aku pun membuka diari biruku kembali, mencoba merunut kisah hidup penuh perjuangan, kisah manis bersama mamah.
Tentang Aku
Namaku Cindy Nathalie. Salah! Namaku sekarang adalah Shofia. Sudah 1 tahun aku menjadi muslimah. Sebelumnya aku adalah seorang Katolik dan dibesarkan dari sebuah keluarga Katolik yang taat. Aku mempunyai mamah yang sangat cantik, ia sangat menyayangiku. Sudah 3 tahun mamah di diagnosa menderita Diabetes Mellitus. Dan sudah satu tahun mamah tidak bisa berjalan karena luka gangrene di kaki kanannya akibat DM. Ayahku adalah seorang pekerja keras, ia sangat mencintai mamah dan kami anak-anaknya. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki, ia juga sangat menyayangiku.
Sudah 1 tahun aku menjadi mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan di Universitas Indonesia. Di kampus ini aku bertemu teman-teman yang mengantarkanku kepada hidayah-Nya. Teman dekatku bernama Aisyah, ia adalah akhwat multitalenta. Ia pintar dalam perkuliahan, cerdas dan aktif dalam berorganisasi, ia pintar memasak, menjahit dan yang paling membuatku kagum adalah bacaan qur’annya yang sangat indah. Ia adalah orang yang pertama memperkenalkan keindahan Islam padaku.  
1 Agustus 2010
Ini adalah malam pertama aku tidur di kamar kos ku yang juga kamar kos Aisyah. Kami tinggal dalam satu kamar. Malam itu, aku terbangun oleh suara indah Aisyah. Aku lihat ia sedang membaca kitab sucinya dan masih memakai pakaian sembahyangnya. Hatiku bergetar saat mendengar Aisyah membaca kitab sucinya. Seperti syair, berirama dan sangat indah, sangat menyentuh. Aku terpesona mendengarnya. Dan tiba-tiba air mataku menetes saat ia membaca suatu ayat dan ia baca berulang-ulang dengan nada sangat sedih. Aisyah juga membacanya dengan berlinang airmata. Kami menangis bersama. Bedanya, temanku menangis karena tau maknanya, sedang aku menangis tanpa tau makna ayat tersebut.
Usai Aisyah mengaji, aku bertanya tentang ayat yang ia baca.  Ia berkata bahwa arti dari ayat yang ia baca berulang-ulang adalah “Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?”. Seperti membaca pikiranku, Aisyah meminjamkan salah satu qur’an yang dimilikinya, qur’an tersebut dilengkapi dengan terjemah.
16 Agustus 2010
Hatiku sudah mantap. Aku yakin inilah jalan yang akan membuat hatiku tenang. Aku mengungkapkan keinginanku untuk segera berislam kepada Aisyah. Aku siap menerima semua konsekuensinya. Aisyah dengan kaget dan mata berkaca-kaca langsung memelukku erat, tidak ada kata-kata diantara kami. Yang ada hanya doa dan tangis haru bahagia. Pelukkan yang menguatkan hati. Bismillah…
17 September 2010
Hari ini mamah meneleponku sampai tiga kali, menanyakan kapan aku pulang. Ayah meneleponku meminta aku pulang karena katanya mamah sangat rindu kepadaku. Sebelumnya mamah pernah ingin mengunjungiku, tapi aku beralasan kalau tugas dan kuliahku sangat padat sehingga aku juga jarang ada di kamar kos. Sampai kakakku mengirim sms dan meminta aku pulang karena mamah sedang sakit. Ya Allah, aku juga sangat rindu pada mamah, tapi aku masih takut untuk pulang. Penampilanku sekarang berbeda dengan aku sebelumnya, kini aku berjilbab dan mengenakan baju muslimah dengan rapih. Mereka pasti akan kaget dan mungkin akan marah jika melihat penampilanku sekarang. Aku bingung…
20 September 2010
Aku pulang dengan membawa semua keberanian dan harapan. Aku datang tepat saat keluargaku berkumpul di ruang keluarga. Mereka kaget, bahkan ayahku langsung menarik jibabku dan melemparnya. Dengan cepat, akupun langsung mengambil jilbabku dan memakainya kembali. Ayah bertanya apa yang aku lakukan. Aku pun dengan lantang berkata bahwa aku sekarang adalah seorang muslimah. Ayah menamparku 2 kali. Mamah pingsan dan kakakku dengan sigap langsung menopang kepala mamah. Aku yang ingin menolong mamah, langsung dicegah oleh ayah. Kakakku menyuruhku untuk masuk ke kamarku. Ya Allah, perihnya pipi ini tidak sebanding dengan kenikmatan-kenikmatan syurga-Mu. Kuatkan hamba ya Allah…
21 September 2010
Pagi ini aku langsung disidang oleh keluargaku. Mamah dan kakak menanyakan mengenai keputusanku untuk berislam. Ayah menyuruhku untuk kembali menjadi Katolik. Kata Ayah, aku akan diberikan apapun jika aku kembali menjadi seorang Katolik. Aku menolaknya. Aku berkata, “Ayah, aku sangat mencintai engkau, mamah dan kakak. Tapi, agamaku tidak akan bisa ditukar dengan apapun. Bahkan jika Ayah menyuruhku untuk memilih antara keluarga dan agama, aku tetap memilih islam sebagai agamaku. Maafkan aku Ayah”. Mendengar ucapanku, Ayah langsung marah dan melayangkan tamparan ketiganya kepadaku. Mamah mencoba menenangkan ayah. Setelah agak tenang, ayah berkata dengan keras kalau ia tidak akan memberikan sepeser pun uangnya untukku. Aku  hanya bisa pasrah berdoa memohon pertolongan-Nya.
10 Oktober 2010
Aku sudah tidak tinggal di kos lagi. Ayah melarangku karena ia berfikir teman-temanku di kos-an yang menyebabkan aku berislam. Sekarang aku mengajar privat untuk keperluan kuliahku. Aisyah yang mencarikan murid untukku. Kakakku juga selalu memberikan sebagian uang kuliahnya untukku. Sungguh benar janji-Mu. “Sesudah kesulitan akan ada kemudahan.”
25 Oktober 2010
Kesehatan mamah semakin memburuk. Mamahku semakin hari semakin kurus akibat penyakit DM nya. Selain itu juga luka gangrene di kaki mamah semakin melebar. Beruntung aku kuliah di Keperawatan sehingga aku bisa merawat mamahku yang sakit. Ayahku kasihan melihat kesibukanku kuliah, mengajar dan merawat mamah, akhirnya Ia kembali membiayai kuliahku. Akupun sekarang fokus kuliah dan merawat mamah.

Sore itu, saat aku mengganti balutan luka di kaki mamah, mamah bertanya, “Dek, mamah mau nanya boleh?”. “Boleh lah mah”, jawabku. “Apa islam mengajarkan adek untuk mandiri, berlaku lemah lembut, dan patuh kepada orangtua? Mamah senang, adek sekarang jauh lebih dewasa dibanding dulu”. Dengan senyum aku menjawab, “iya mah. Semua yang adek lakukan adalah perintah Allah SWT. Adek membacanya dalam alqur’an. Perintah untuk berbakti kepada orangtua, berlaku lemah lembut, dan lainnya. Semua kebaikan diajarkan dalam agama Islam”. Kemudian mamah bertanya lagi, “Dek, apa adek  merasa tenang dan bahagia setelah memeluk islam?”. Akupun menjawab, “tentu mah. Adek sekarang merasa jauh lebih tenang dan bahagia setelah berislam. Adek jadi mempunyai tujuan hidup yang pasti, yaitu untuk beribadah kepada-Nya dan meraih syurga Allah. Hidup ini tidak kekal dan semua pasti akan mati, setelah mati lah kehidupan yang kekal itu. Dan amal kebaikan kita sebagai tabungan agar kita mendapat syurga”. Mamah berkata, “Dek, tolong ceritakan mamah tentang Syurga”. Aku pun membuka Al Qur’an, membacakan QS Ar Rahman ayat 46-78. Dan membacakan artinya kepada Mamah. Aku mendengar isakan tangis mamah. Setelah selesai membacanya, masih dengan berlinang airmata mamah berkata, “Dek, mamah juga ingin ke Syurga. Mamah ingin bersamamu merasakan keindahan Syurga. Mamah ingin berislam sepertimu sayang.” Subhanallah wal hamdulillah.. airmataku meleleh. Tangisan bahagia. Tangisan penuh syukur. Aku memeluk erat mamah. Airmata membasahi jilbabku dan pundak mamah. Ditelinganya aku bisikkan, “Mamah, aku sayang mamah karena Allah.”
Setelah mendengar keinginan mamah untuk berislam, kakakku pun meminta berislam bersama mamah. Mendengar itu, Ayah tidak marah. Ayah sangat menyayangi mamah dan tidak bisa menolak keinginan mamah, apalagi dalam kondisi mamah yang sedang sakit.
25 November 2010
Hari ini mamah masuk UGD setelah sebelumnya pingsan di rumah karena hipoglikemi akibat diare dan komplikasi lainnya. Sudah 4 jam mamah belum sadarkan diri setelah keluar dari ruang UGD. Aku dan kakakku tidak henti-hentinya berdoa untuk  kesembuhan mamah. Adzan Ashar berkumandang. Aku dan kakakku shalat di musholla rumah sakit. Setelah sholat kami kembali ke ruang rawat mamah. Ketika kami tiba, ayah langsung menghampiri kami dan bilang bahwa mamah sudah sadar dan ingin shalat ashar. Aku mewudhukan mamah dan membantu mamah sholat. Setelah itu mamah meminta aku membacakan surah Ar Rahman. Aku pun membacakan sambil berlinang airmata. Saat itu aku lihat ayah juga menangis. Sampai ketika selesai surat Ar Rahman, Mamah berkata, “Dek, terimakasih telah mengenalkan keindahan Islam kepada mamah. Terimakasih telah mengajarkan mamah sholat dan mengaji. Terimakasih karena adek sangat sabar merawat mamah. Maafkan semua salah mamah yah sayang. Semoga kita bisa berkumpul kembali di Syurga”. Aku menangis mendengar ucapan mamah yang tulus dengan suara yang lemah. Mamah kemudian pamit dan meminta maaf kepada ayah dan kakak. Kami semua menangis saat itu. Saat kami semua menangis, kami mendengar mamah bersyahadat dan setelah itu mamah meninggalkan kami semua. Ada senyum di wajah mamah. Mamah terlihat sangat cantik di akhir hayatnya. Saat itu tiba-tiba ayah berkata, “Mamah, ayah juga ingin berkumpul dengan mamah dan anak-anak di Syurga”. Asyhadu ala Ilaaha illallah, wa asyhaduanna Muhammad Rasulullah”.
Tangis ku pun semakin tersedu, tangis sedih atas kepergian mamah, tangis haru bahagia atas keislaman ayah. Kami semua berpelukan memeluk mamah yang sedang tersenyum. Dalam hati aku berkata, “Mamah, tunggulah kami di Syurga.”

No comments:

Post a Comment