Saturday 13 July 2013

Ramadhan

Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Quran (Qs 2: 185), menjadi pedoman segala aktivitas manusia. Salah satu amalan yang utama dilakukan saat Ramadhan adalah berinteraksi dengan Al-Quran.
Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Al-Quran baik secara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifzh (menghafal), tanfiidzh (mengamalkan), ta'lim (mengajarkan) dan tahkiim (menjadikan pedoman).

Wednesday 12 June 2013

Dokter dan Perawat

Dua profesi ini  bener-bener gak menarik!

Ya, itu pemikiranku waktu kecil. Aku lebih tertarik dengan profesi guru, model, pramugari, bukan profesi yang berkaitan dengan kesehatan. Dan sekarang, sangat berbeda! Sebentar lagi aku menjadi calon sarjana keperawatan. Ya , semoga tanggal 3 nanti sidang aku berjalan lancer, sukses, dan berkah. Aamiin.

Itu tentang profesi perawat, karena aku calon perawat. Lalu dengan profesi dokter, hmm.. sekarag aku mungkin sangat ingin belajar tentang dunia kedokteran, ingin dipanggil bu dokter. Hehe.. (telat siyyy). Udah telat, tapi kayaknya masih bisa kok dipanggil bu dokter (kalo suaminya profesinya dokter juga, bapaknya dipanggil pak dokter, ibunya kan harusnya dipanggil bu dokter) hoho..  :p

Nb: Ini adalah postinganku di blog UI satu tahun yang lalu ^^ 

Thursday 28 February 2013

Uwais Al Qarni

Kisah Uwais Al Qarni sungguh mengharukan.
Kecintaannya yang sangat besar kepada nabi Muhammad SAW dan kepatuhannya kepada sang Ibunda membuat Ia terkenal di penduduk langit tetapi tak dikenal di bumi.

Ia lahir ditengah keluarga miskin. Ia bekerja sebagai pengembala. Dari kecil ia sering di ejek oleh teman-temannya karena perawakannya yang berbeda. Tapi ia tidak membalas ejekan tersebut. Yang ia tahu, Ia ingin selalu berbuat baik kepada lingkungannya. Jika ia melihat tetangganya kelaparan, ia tak segan-segan memberi tetangganya sepotong roti walaupun dengan berbuat itu, ia tidak bisa makan.

Uwais mempunyai ibu yang sudah renta dan sakit-sakitan. Uwais begitu taat dan sayang kepada Ibunya. Ia selalu mencukupi kebutuhan Ibunya. Ia mempunyai bahu yang lapang, dan selalu ia gunakan untuk menggendong ibunya karena ibunya sudah tidak bisa lagi berjalan.

Kecintaan Uwais kepada Rasulullah SAW sangatlah besar walaupun ia belum pernah bertemu Rasul. Ia langsung beriman dan menjadi muslim ketika ia mendengar ada seorang Nabi di Mekkah. Suatu saat kerinduannya kepada Nabi sudah tak terbendung, ia ingin segera menatap wajah Nabi, ingin bertemu Nabi Muhammad SAW. Tapi disatu pihak, ia berat untuk meninggalkan ibunya sendiri yang sedang sakit-sakitan. Akhirnya ia hanya termenung dan menahan rindunya pada Rasulullah SAW.

Ibu Uwais yang melihat hal tersebut tak kuasa menahan anaknya di rumah. Ia pun mengizinkan anaknya pergi ke Madinah untuk bertemu Rasulullah SAW. Setelah meminta doa dan restu ibunya, Uwais berangkat ke Madinah. Ia berjalan ratusan kilometer jaraknya dari Yaman ke Madinah. Tak peduli cuaca panas dan dingin, semua tak menjadi penghalang baginya untuk bertemu Rasulullah. Itu semua karena kecintaannya yang sangat besar kepada Nabi Muhammad SAW.

Namun, ketika Uwais sampai di rumah Rasul, ia hanya mendapati Aisyah, karena saat itu Rasulullah sedang pergi berperang. Ia bingung, menunggu Rasul pulang dari berperang atau kembali ke rumahnya karena Ibunya yang sakit-sakitan tidak bisa ditinggal dalam waktu lama. Baktinya kepada Ibunda yang ia cintai membuatnya memutuskan untuk kembali pulang ke rumah. Uwais akhirnya hanya menitipkan salamnya untuk Nabi Muhammad SAW kepada Aisyah. Uwais pun pulang. Tidak lama setelah ia pulang dan bersama ibundanya tercinta, akhirnya Ibunda Uwais meninggal dunia akibat sakitnya yang parah. Uwais bersabar atas semua yang ia alami.

Setelah Rasul pulang dari perang, Aisyah RA menyampaikan salam dari Uwais. Rasulullah pun langsung menceritakan tentang Uwais kepada para sahabat, Uwais adalah manusia yang terkenal di penduduk langit tetapi tidak dikenal dipenduduk bumi. Barangsiapa bertemu dengannya, mintalah didoakan agar diampuni Allah SWT.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”
Setelah Rasul meninggal. Abu Bakar dan Umar bin khotob pergi mencari Uwais Al Qorni ke negeri Yaman. Ia temukan Uwais sangatlah miskin. Kemudian Umar dan Abu Bakar memberikan uang untuk biaya hidup Uwais dan kemudian meminta didoakan Uwais.
Uwais, sosok mulia yang terkenal di langit tetapi terasing di bumi. Sampai akhir hayatnya pun ia tetap terasing, dan tidak diketahui jasadnya berada dimana. Ridho Allah pada Uwais Al Qorni, dan semoga kita bisa meneladani perangai beliau yang luhur. aamiin



Monday 25 February 2013

Inilah rasanya

Sekarang aku mengerti mengapa di film "wanita berkalung sorban", Revalina (tokoh utama, lupa nama tokohnya di film tsb) rela menawarkan dirinya pada pria yang ia cintai. Sebelumnya, aku mungkin seperti yang lain. Mencemooh film tersebut. Karena tak sepantasnya tokoh utama yang diceritakan wanita shaliha, melakukan hal tersebut. Ternyata memang perasaan itu sangatlah wajar ada dan dimiliki seorang wanita yang sedang mencinta, termasuk Revalina yang terkenal shaliha dan anak pak kyai. Ia ingin segera menjadi istri bagi pria yang ia cintai, ia rela melakukan apa saja walaupun untuk mencapai itu ia hampir melanggar syariat agama.

Itulah manusia, bisa khilaf dan tergoda oleh syaithan. 
Disitulah gunanya belajar agama, mengaji dan berteman dengan orang sholeh. Yaitu untuk menguatkan benteng penjagaan kita terhadap godaan syaithan.
Dan, itulah ujian kesabaran. Jika kita menang, Allah akan menolong dan membersamai kita. 

Allah, segala puji bagi-Mu, atas semua pertolongan dan kemudahan yang Engkau beri.
Selamatkan kami dari dosa ya Rabbii..
Bimbing kami..
Mudahkan jalannya, prosesnya, rizkinya..
Bantu kami mencapai keberkahan, kebahagiaan hidup dunia akhirat.
Aamiin..

Friday 8 February 2013

Mentoring Super

Sore ini adalah hari pertama aku mengisi mentoring super. Mengapa aku menamakannya demikian? Ya karena memang dalam mengelola kelompok ini dibutuhkan super perhatian, super ilmu dan super kesabaran  (tapi yang megang kelompok ini cuma orang biasa yang banyak khilaf, bukan orang super -_-" hehe).

Pekan kemarin, seorang Ummahat, Aktifis dan tokoh masyarakat dikawasan tempat yang kudiami saat ini, meminta bantuan ku untuk mengisi mentoring untuk anak-anak yang ada di lingkungan sekitar untuk mengaji. Saat itu aku hanya mengucapkan "insyaAllah", dan ternyata ucapanku langsung membuatnya bergerak mencari anak-anak sekitar (usia SD dan SMP) untuk mentoring bersamaku. Super sekaliii...

Hari ini, akupun menunggu mereka dari jam 4 sore sesuai perjanjian pekan kemarin, dan memang dibutuhkan kesabaran yang super (karena mereka baru datang jam 5 sore. fiuuhhh..). Mereka berjumlah 9 orang. 1 orang kelas 2 SD, 3 orang kelas 6 SD dan 5 orang kelas 1 SMP. Oia, tidak semua datang jam 5. Ada dua orang yang paling semangat, mereka datang jam 4.20an. hehe..

Menti baruku yang pertama datang adalah mereka yang paling super. Dua orang gadis cilik ini bernama Masyitoh (12 thn) dan Aisyah (8 thn). Kenapa aku bilang mereka super? karena dalam keterbatasan yang mereka miliki, mereka masih semangat untuk mengaji :')

Masyitoh, badannya sangat kurus dan terlihat lemah, ia datang diantar neneknya. Ia menderita penyakit Thalasemia, penyakit kelainan darah yang mengharuskan ia untuk transfusi darah tiap 2 pekan sekali. Saat ini ia sudah tidak bersekolah. Kata neneknya, Masyitoh sudah kelas 1 SMP tetapi ia sekarang memutuskan berhenti sekolah karena malu kepada teman-temannya akibat dirinya yang sakit-sakitan, terlebih setelah peristiwa keterlambatan transfusi darah yang membuat Masyitoh harus dirawat dalam waktu lama di RS.
Sebelumnya Masyitoh adalah anak yang rajin. Ia berangkat ke sekolah bersama pamannya dan pulang sekolah dengan naik angkutan umum lalu setelah itu berjalan kaki dalam kondisinya yang lemah.
Masyitoh, menti super yang mengajarkanku kesabaran dan memberikanku semangat untuk berbagi ilmu :')

Selanjutnya adalah menti superku yang kedua, ia bernama Aisyah. Ia masih kecil namun mempunyai kelainan pada penglihatannya. Jarak pandang Aisyah sangat pendek. Ia membaca iqro' hanya 2-3 cm dari matanya, sangat dekat. Namun lagi-lagi, semangat menti superku ini patut dijadikan contoh. Ia yang dengan keterbatasan penglihatannya, selalu rajin masuk TPA dan sekarang semangat mengaji (mentoring) bersama orang-orang yang lebih dewasa dari dirinya. Tidak ada rasa malu karena berbeda usia dan keterbatasan penglihatan. Yang ada hanya semangat dan keceriaan. Subhanallah :')

Hari ini, aku bahagia bersama mentoring superku. Pertemuan pertama ini, aku memberikan mereka pertemuan super (berisi pembukaan, tilawah, games perkenalan, dan bercerita kisah sarat hikmah). Semoga kedepan aku bisa istiqomah berbagi ilmu dengan menti-menti kecilku yang super ini. Dan semoga mereka juga istiqomah mengkaji islam bersamaku, seorang yang memiliki banyak keterbatasan.

Hari ini, aku belajar banyak. Belajar tentang semangat, belajar tentang kesabaran bersama menti-menti kecil superku. Bismillah.. :')







Sunday 3 February 2013

Buah Kesabaran

Ini adalah hikmah tentang kesabaran yang berbuah manis, diambil dari kisah nyata sahabat-sahabatku di RQ.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang sabar.

Cerita 1:
Kisah ini tentang seorang ikhwan yang tulus mencintai akhwat karena Allah SWT. Ia yang memperjuangkan cintanya. Ia yang bersabar atas 2 kali penolakan sang akhwat.
Akhwat itu adalah sahabatku. Kami sudah bersahabat dari kelas 1 SMA dan sekarang kamipun tinggal sekamar di RQ. Ia seperti kaka bagiku.

Namanya EF. Siang itu aku tidak sengaja melihat tulisan di netbuknya yang menyala. Sebelumnya aku mengira itu adalah cerpen tapi ternyata ia sedang menulis diary di netbuknya. Aku yang sudah penasaran akhirnya membacanya sampai habis (agak nakal memang. hehe). Menyesal karena membaca tulisannya, akupun meminta maaf kepada sahabatku tsb. Ia memaafkan aku dan iya menceritakan kisah lengkapnya kepadaku. Ada seorang ikhwan yang yang ingin mengajukan proposal (mengajak ta'aruf) kepadanya. Ikhwan tersebut adalah teman kampusnya (tapi beda fakultas). Sahabatku tersebut tidak bisa menerima ikhwan tersebut. Ia pun menolaknya. Dan ini adalah penolakan yang kedua darinya untuk ikhwan tersebut.

Ketika aku bertanya tentang alasan penolakan tersebut, ia menceritakan bahwa sebenarnya ia telah menyukai seorang 'ikhwan lain' dan ia berharap ikhwan tersebutlah yang akan menjadi suaminya. Hal tersebut juga dikarenakan ibu dari sahabatku juga menyukai 'ikhwan lain' yang disukai sahabatku dan berharap bahwa 'ikhwan lain' itulah yang akan menjadi menantunya.

Sampai suatu pagi, aku tiba-tiba bertanya kepada sahabatku jikalau ikhwan yang pernah ia tolak sampai dua kali tsb meminta untuk ketiga kalinya. Sahabatku diam sejenak dan berkata, "sangat sulit menerima seseorang yang sebelumnya sudah pernah ia tolak".
Siang harinya, pertanyaanku menjadi kenyataan. Ikhwan tersebut meminta untuk ketiga kalinya. Ikhwan tersebut berusaha meyakinkan sahabatku untuk menerima proses yang ia ajukan.

Dan buah kesabaran memang selalu manis. Sahabatku menerima proses yang diajukan ikhwan tersebut. Ibu dari sahabatku pun berkata ikhlas, ia tidak akan mengharapkan 'ikhwan lain' yang disukai sahabatku, yang ia harap menjadi menantunya. Prosespun berjalan. Pertengahan Februari ini sahabatku akan di khitbah dan insyaAllah bulan Mei ia akan menyempurnakan separuh agamanya. Barakallah ukhtiy :')


Cerita 2:
Ini adalah kisah kesabaran seorang akhwat yang menanti pangerannya selama dua tahun lamanya. Dan sekarang kesabarannya pun berbuah manis.

Namanya AF. Aku mengenalnya semenjak aku tinggal di RQ. AF adalah akhwat yang tinggal di kosan AzZahrah. Awalnya ia sangat pendiam. Tapi sekarang ia sangat terbuka kepadaku. Pertemanan kami sudah seperti saudara. Makan bersama, menginap, muroja'ah hafalan, setoran hafalan, bercerita, hampir kami lakukan setiap harinya. Tapi ini mungkin akan berlanjut sampai Februari karena bulan Maret nanti ia akan dijemput pangerannya untuk berjuang bersama menciptakan keluarga yang sakinah. Barakallah ukhtiy :')

Calon suaminya merupakan teman sekelas dikampusnya. Pria ini sangat cuek. Tak pernah ia berfikir bahwa pria yang sangat cuek itu akan menjadi calon suaminya. Ia pernah bercerita, dua tahun yang lalu, pria yang cuek itu tiba-tiba menelponnya dan berkata ingin menikahinya. AF kaget (karena sebenarnya iapun mulai menyukai pria tersebut) kemudian iapun langsung berkata ke pria tersebut agar langsung menemui Ayahnya.
Esoknya, pria tersebut bersama keluarganya tiba di depan rumah AF. Mereka bermaksud meminang sahabatku itu. AF pun akhirnya memakai cincin yang melingkar di jari manisnya.

Seminggu berlalu, Ayah AF diam, seperti tidak merestui. Ayah AF ingin anaknya lulus S1 sebelum menikah. AF pasrah. Ia menangis tapi tetap taat pada orangtuanya. Akhirnya ia menemui pria itu, mengembalikan cincin yang diberikan kepadanya dan berkata, "Sekarang saya melepas Anda. Anda bebas meminang wanita lainnya."

Sedih dan haru! itu yang kurasakan saat itu. Ia yang mencintai pria tersebut, rela melepaskan cintanya demi taat pada orangtua. Ia bersabar menjalani hari-hari dimana ia harus menahan perasaannya karena harus selalu bertemu pria tersebut dikelas dan menahan cemburu saat ada perempuan lain bercanda atau sekadar mengobrol dengan pria yang ia cintai. Kesabaran ini ia jalani sampai dua tahun lamanya.

Dalam kesabarannya, AF selalu berdoa agar jika memang pria tersebut adalah jodohnya, Allah berkenan mempersatukan mereka. Dan Allah tidak pernah ingkar janji. Dalam firmannya Allah berkata, "Mintalah pertolongan Allah dengan sabar dan sholat". Allah menjawab doanya. Awal Januari, pria tersebut meminta untuk yang kedua kali, ia ingin AF menjadi istrinya. AF pun kemudian meminta izin dan restu kepada kedua orangtuanya. Subhanallah Walhamdulillah, ia diizinkan untuk menikah. Dan ia akan menikah bulan Maret tahun ini. Barakallah :')


Dari dua kisah ini aku banyak belajar. Belajar tentang sabar. Karena kesabaran akan berbuah manis :')
".. Innallaha ma'ash shoobiriin"


Thursday 24 January 2013

Ingatlah Ibumu



Disuatu waktu, disebuah desa, hidup seorang janda beranak satu. Suaminya telah meninggal beberapa bulan yg lalu karena kanker paru. Ibu ini begitu sabarnya membesarkan sang anak lelaki satu2nya. Setiap pagi sambil membawa anaknya, dia harus pergi mencari kayu bakar di hutan untuk kemudian dia jual ke pasar. Tidak hanya itu, sepulangnya dari menjual kayu bakar dipasar dia masih harus berbelanja untuk kebutuhan hidupnya dan si anak. Dan kalau hanya mengandalkan uang dari penjualan kayu bakar saja, tentu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka berdua, jadi sang Ibu masih harus berjualan ubi bakar di sore harinya.

Tapi Ibu ini tidak pernah mengeluh akan keberadaanya yang serba sulit. Malah, semakin lelah ia, semakin sayang dia terhadap anak lelaki satu2nya ini, karena ia yakin anak lelakinya ini suatu saat nanti akan tumbuh menjadi pemuda yang dapat merubah keadaan yang sekarang dialaminya.

Waktu terus bergulir, si anak lelaki pun tumbuh semakin besar. Semenjak di bangku sekolah dasar, anak ini sudah mampu membuat bangga si Ibu dengan prestasinya yang luar biasa gemilang. Semua teman dan gurunya disekolah mengagumi dia.

Hal ini kontan membuat si Ibu merasa tidak sia-sia berkorban banyak demi si anak.

Semakin lama, si anak tumbuh semakin dewasa. Prestasinya yang gemilang membuat si anak tidak kesulitan untuk menggapai cita-citanya. Dengan mudah dan murah, si anak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, dan kemudian si anak pun mendapatkan gelar sarjana. Si Ibu merasa senang dengan perkembangan anaknya. Dan si anak pun sangat menyayangi Ibunya. Ia selalu mendengarkan setiap nasihat Ibunya.

Suatu hari si anak mendapatkan pekerjaan yang mendatangkan penghasilan cukup banyak, sehingga uang yang ia dapatkan bisa ia gunakan untuk membangun rumah tua milik ibunya di desa tempat dia dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh sang Ibu.

Kehidupan serba susah yang dulu dialami mereka berdua berubah sudah. Kini mereka tinggal dirumah yang layak huni, si Ibu pun tidak perlu lagi mencari kayu bakar di pagi hari untuk di jual ke pasar, karena semua biaya hidup kini di tanggung oleh si anak.

“Ibu tidak perlu khawatir lagi soal kehidupan kita Bu, semua biar aku yang urus sekarang” kata si anak dengan penuh kasih sayang kepada Ibunya.

Dengan mata berkaca-kaca, si Ibu berkata pada anaknya, “terimakasih nak, Ibu bersyukur mempunyai anak sepertimu. Kamu sungguh baik”

“jasa-jasa Ibu selama ini, tidak akan pernah aku lupakan Bu. Tanpa Ibu, aku tidak akan bisa seperti ini. Terimakasih Bu.. aku tidak tau bagaimana harus membalas jasa-jasamu itu..” ujar si anak lagi.

Si Ibu tidak menjawab dengan kata, dia menjawab dengan pelukan hangat terhadap anaknya. Di dalam hatinya si Ibu berkata “aku tidak mengingat jasa apa yang aku perbuat untukmu nak..seandainya aku ingat, aku ikhlas”

Si anak yang sejak tadi tegar, kini meneteskan air mata di pipinya ketika si Ibu memeluknya dengan hangat sehangat peluknya di saat si anak kecil dan tak berdaya

Seiring bertambahnya usia, si anak pun merasa sudah waktunya untuk mencari pasangan hidup. Ibunya yang kini mulai tua-pun merestui niat anaknya tersebut untuk menikah.

Sebulan kemudian anaknya melangsungkan pernikahan, si anak mendapatkan jodoh seorang wanita cantik dari keluarga yang mapan dan bersahaja.

Setelah menikah, sudah menjadi tradisi di daerah tersebut bahwa istri harus tinggal di rumah suaminya. Maka kini dirumah si anak tinggal-lah dia, si Ibu, dan istrinya.

Bulan demi bulan pun berlalu. Kondisi si Ibu kini mulai rapuh dan sakit-sakitan. Karena khawatir akan kesehatan Ibunya, si anak memeriksakanya ke dokter, dan ternyata si Ibu yang sudah renta itu kini mengidap penyakit paru yang parah.

Si isteri yang mengetahui hal ini mulai khawatir dan merasa jijik akan keberadaan Ibu mertuanya tersebut. Apalagi si isteri sedang mengandung anak pertama. Kekhawatiran ini ternyata juga dirasakan oleh si anak. Karena merasa terganggu dengan kondisi si Ibu yang sering batuk-batuk, muntah darah, menumpahkan makanan ataupun minuman, dan sering mengompol, akhirnya si anak dan isterinya pun berembuk dan mereka sepakat untuk meninggalkan si Ibu di gunung, seperti adat setempat yang biasa meninggalkan orang tua yang sudah renta dan menyusahkan di atas gunung di daerah tersebut dengan harapan tidak merepotkan keluarganya lagi.

Hingga tiba pada hari yang telah ditentukan, saat itu hari masih pagi, matahari baru saja bersinar di ufuk timur. Si Ibu yang tua renta dan sakit-sakitan ini sedang sibuk memetiki bunga mawar yang ditanam oleh si isteri di kebun belakang rumah. Si anak menghampiri si Ibu sambil berkata “Ibu, ayo kita pergi jalan-jalan”

Si Ibu pun bertanya “tidakkah ini terlalu pagi, Nak? Bagaimana dengan isterimu yang sebentar lagi akan melahirkan?”

“tidak apa-apa Bu, ada bibi yang akan menjaga menantumu”

“baiklah kalau begitu, Nak” ujar si Ibu menuruti.

Perjalanan pun dimulai. Tidak banyak pembicaraan antar Ibu dan anaknya kali ini, hanya saja sepanjang perjalanan si Ibu sibuk meletakkan bunga mawar –yang ia petik dikebun belakang rumahnya – ditengah jalan yang ia dan anaknya lewati.

Si anak pun bertanya “untuk apa mawar-mawar itu Ibu?”

Si Ibu tidak menjawab, ia hanya tersenyum.

Melihat hal itu si anak tidak menghiraukan dan terus melanjutkan perjalanan.

Kini perjalanan mulai menanjak dan mulai memasuki kawasan hutan yang lebat dan sedikit gelap karena kabut dan rimbunnya pepohonan disana.

Sudah hampir 2 jam mereka berjalan menaiki gunung, sesekali si Ibu bertanya, dan sesekali juga si anak yang bertanya. Tidak banyak yang mereka bicarakan.

Akhirnya mereka tiba di satu tempat yang datar, tepat di bawah pohon rindang yang berakar besar. Si Ibu yang kelelahan akhirnya duduk di akar tersebut, kemudian tertidur. Melihat hal ini si anak mulai bimbang akan niatnya, yaitu meninggalkan Ibunya di gunung ini. Tapi ia juga teringat bahwa isterinya sebentar lagi akan melahirkan anak pertamanya, jadi tanpa ragu ia tinggalkan ibunya tertidur pulas di atas akar pohon rindang tersebut.

Begitu mulai menuruni bukit, si anak merasa bingung untuk menentukan arah pulang kerumah karena lebatnya hutan di  gunung tersebut. Tapi kemudian ia melihat mawar yang ada di sepanjang jalan. Ia ingat, Ibunya meninggalkan mawar-mawar sepanjang perjalanan mendaki tadi, ternyata tujuanya adalah untuk membantu anaknya mengingat arah pulang. Si anak mulai merasa menyesal. Tapi dia terus mengikuti jejak-jejak mawar tersebut menuruni gunung.

2 jam sudah, sama seperti waktu ketika ia mendaki bersama Ibunya, ia tiba di rumah. Ketika tiba di halaman rumahnya, ia mendengar isterinya berteriak kesakitan karena akan melahirkan. Langsung terbesit dalam benak si anak “apakah begini kondisi Ibu-ku saat melahirkan aku?”

Rasa penyesalan mulai menderu hati si anak. Langsung ia berlari kedalam rumah, kemudian ia masuk ke kamar Ibunya, tempat dimana ia selalu dipeluk penuh sayang oleh Ibunya saat dia masih kecil. Tapi dia hanya mendapati kasur berseprai rapih, tanpa ada Ibunya yang biasa ia jumpai berbaring atau duduk di atasnya. Ada secarik kertas di atas kasur berseprai rapih itu, “apa isinya?” ia bertanya-tanya sambil bergegas membukanya. Isi secarik kertas itu adalah tulisan kusut yang ditulis oleh seorang Ibu renta yang tangannya gemetar, yang 2 jam lalu ia tinggalkan di hutan. Bunyinya :

Anakku sayang, Ibu mengerti kau dan isterimu tidak akan menyukai keadaan Ibu yang sakit-sakitan dan renta ini. Jadi Ibu ikhlas akan meninggalkan kalian ke atas gunung. Tolong sampaikan maaf Ibumu ini karena telah memtik mawar-mawar yang isterimu tanam dihalaman. Itu semua Ibu lakukan karena Ibu tau, kau akan kesulitan mencari jalan pulang. Apalagi sebentar lagi cucu Ibu, anakmu yang pertama, akan lahir. Ibu turut berbahagia Nak. Ibu selalu menyayangi kalian semua. Nak, kau tidak usah bersedih dan tidak usah berusaha mencari ibu kembali karena mungkin ketika kau membaca surat ini, Ibu sudah tidak ada lagi di dunia. Jadi tolong sampaikan salam dan maaf ibu kepada isterimu, dan cucu Ibu.

Salam sayang selalu untukmu Nak.

-Ibu yang selalu mencintaimu-

Setelah membaca surat ini, si anak tak mampu lagi membendung air matanya. Ia menangis sejadi-jadinya, tepat saat itu, anak pertamanya pun lahir seperti harapan si Ibu. Namun kini semuanya telah terlambat. Air mata si anak tak ada gunanya lagi..

--End--


*bener-bener gak sanggup nahan airmata baca kisah ini. sedihhh T______T 
satu lagi, pengen bilang: Lis cinta mama karena Allah :') 



Repost dari Salman Al Fatih, dari blog lama bliau. hehe..

Interaksi dengan AlQuran

Repostttt ^^

Setelah seharian bertualang di IBF aku kembali ke kamar kost tercinta, melihatnya semakin menyunggingkan senyum. Semakin banyak saja koleksi bukuku, meski belum lengkap, tapi ternyata rak buku tempatku memajang buku-buku ini sudah penuh. Ah, sudahlah... Insyallah nanti akan kubuatkan lemari tersendiri untuk buku-buku ini. Impian untuk memiliki perpustakaan suatu saat semakin menguat dan semakin nyata, nanti akan kucoret impian itu sebagai tanda aku telah melakukannya. Amin...


Mengingat dan membaca ringkasan bedah buku tentang KHAWATIR QUR'ANIYAH tadi pagi membuatku semakin merasakan, betapa sebenarnya berinteraksi dengan Al-Qur'an adalah hal yang menyenangkan. "Jika ingin menikmati berinteraksi dengan Al-Qur'an jangan sibuk dengan makna kata-perkata, namun nikmatilah makna secara global" kata pengisi acara tadi. "Ingin tahu bagaimana cara memaknai surah-surah dalam Al-Qur'an? Silahkan baca di buku ini!" kata MC.. Ingin sekali rasanya memiliki buku itu, membacanya, hingga aku bisa merasakan interaksi dengan Al-Qur'an.


"Dari Utsman r.a, ia berkata : "Rasulullah SAW bersabda : 'Sebaik-baik kalian adalah orang yang mau mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada orang lain." (HR. Bukhari)


Sore ini, setelah merenungi apa yang sudah disampaikan tadi. Coba ku buka buku riyadhus shalihin karya Imam Nawawi, ku buka bab keutamaan membaca Al-Qur'an. Kudapati disana betapa luar biasa Al-Qur'an itu, sebuah kitab yang memiliki kandungan dan keutamaan. Kitab ini adalah kitab yang mulia, yang terjaga keasliannya dari tangan-tangan jahil, yang indah susunannya, yang runut penjelasannya dan seutama-utamanya ilmu adalah Al-Qur'an. Bagaimana ketika para pembaca Al-Qur'an ini dijanjikan pahala yang besar, bagaimana ketika pembacanya akan dirahmati,dan akan dimuliakan. Luar biasa....


Sering kita lihat Al-Qur'an diterima sebagian dan ditinggalkan sebagiannya. Sering pula kita saksikan Al-Qur'an hanya menjadi bacaan ketika ada orang mati, lalu 'say good bye...' alias ditinggalkan sampai nanti akan ada orang meninggal lagi. Nahkan ada yang memisahkan sebagian Al-Qur'an sehingga menganggapnya kitab yang berbeda, seringkan kita temukan QS. Yasin yang dibukukan sendiri dan dibaca diwaktu-waktu tertentu? Semoga kita terhindar dari hal-hal seperti itu.


Di awal-awal surah Al-Baqarah disebutkan bahwa Al-Qur'an ini di turunkan bagi orang-orang yang bertaqwa. Setiap orang bertaqwa pasti beriman dan tidak akan menerima sebagian dan membuang sebagian yang lain. Namun, orang beriman belum tentu bertaqwa. Jadi, mari kita belajar menjadi pilihan yang pertama. Ya... bertaqwa, karena dengan taqwa ini kita akan dapat mengintegrasi Al-Qur'an dalam kehidupan kita secara kaffah.... dan Al-Qur'an akan membimbing kita menuju kesuksesan dunia dan akhirat.


Di petang ini kututup dengan do'a "Laahaula wa laa quwwata illaa billaah" ( Tiada daya untuk menjauhi maksiat dan tiada kekuatan untuk berbuat maksiat, kecuali dengan pertolongan Allah ). Amin....


By. Salman Al-Fatih

Monday 21 January 2013

Banjir Jakarta 2013

Kamis shubuh, aku mendapatkan sms dari ka Dhora isinya memintaku untuk menjadi tim medis Sabtu dan Ahad pekan ini. Kemudian, siang harinya aku mendapat sms lagi dari ka Sa'adah yang memintaku segera ke DPD PKS untuk membantu di dapur umum. Banjir tahun ini menurutku sama seperti banjir 10 tahun yang lalu, banjir besar yang melumpuhkan aktivitas dan menimbulkan banyak kerugian.

11 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2002 sebelum aku pindah ke Jakarta Barat, aku merasakan bagaimana menjadi korban banjir besar. Rumahku yang dulu di Jakarta Utara terkena dampak banjir. Di jalan air tingginya sekitar 2 meter dan di dalam rumah sebesar 1,5 meter (setinggi langit-langit rumah di lantai 1). Kami kesulitan air bersih, bahan makanan, tidak ada listrik, terisolir tidak bisa pergi kemana-mana, dan keadaan tersebut terjadi selama 1 bulan lamanya.

Hal tersebut yang membuatku benar-benar merasakan empati kepada saudara-saudaraku yang terkena dampak banjir tahun ini. Namun, aku belum bisa pergi ke Jakarta karena kami diizinkan pulang dari asrama setiap hari Sabtu dan akses untuk kerumah (angkutan umum) tidak beroperasi akibat banjir. Aku hanya bisa memperkuat doa untuk saudara-saudaraku yang kebanjiran.

Kamis malam, 'sang guru tercinta' mengirim sms, isinya
"Lihat saudara disekitar kita terdekat.. Sudah makan kah mereka? Bagaimana mereka tidur? Lokasi sulit dijangkau, makanan pun tak bisa sampai, apalagi air bersih, bekerja atau memikirkan skripsi? semua itu tak terfikirkan dibenak mereka. Mereka hanya memikirkan kapan air akan surut, kapan mereka akan terbebas dari banjir, bagaimana nasib keluarga dan tetangga mereka ditengah matinya lampu ditengah kegelapan malam, dingin suasana mencekam, akses komunikasi terputus dan air yang semakin meninggi.. Wahai ukhti, buktikan rasa syukur itu, bahwa mereka adalah bagian dari tubuh kita, hilangkan rasa egois itu.. Bagaimana jika mereka adalah kita???"
Jleb!! Aku benar-benar tertohok. Langsung aku balas sms itu,
"iya mba insyaAllah besok lis kesana setelah dapat izin dari ustadzah di RQ dan jika ada angkutan umum untuk pulang".
Tidak lama kemudian datanglah sms kedua dari beliau,
"Teringat wajah ikhwah yang terkena banjir, satu persatu sms itu masuk, bahkan hingga nomer hape lain yang mereka kirimkan karena hape mereka mati.. Mereka katakan, 'mba disini butuh 500 bungkus nasi, masih banyak yang belum makan. mba disini mati lampu. Mba, air semakin meninggi. Mba, disini tidak ada air bersih. Mba, tetanggaku kesetrum. Mba, balita tetanggaku sudah berhari-hari tidak makan. Mba, balita dekat rumahku hanyut. Mba, kapan ya bantuan itu datang?' semua ikhwah berjibaku menolong mereka, tanpa kenal lelah bahkan menerobos ketinggian air yang dapat membahayakan nyawa mereka 24 jam demi saudara mereka. Bagaimana dengan kita?"
Astaghfirullah.. Allah, ampuni hamba.. airmataku menetes tak kuat menahan sedih yang membuncah. Langsung ku balas sms beliau,
"Iya mba, insyaAllah Lis besok kesana"

Jumat siang aku berangkat ke DPD PKS Jak-Bar. Ketika sampai, disana terlihat beberapa ummahat dan teman-temanku yang sedang memasak nasi, memasak telur, memasak mie, dan yang sedang mengiris bumbu. Akupun segera bersatu dengan mereka. Membuat 2000an bungkus nasi untuk makan malam, yang akan dikirim ke warga di Jak-Bar yang menjadi korban banjir.

Sabtu pagi aku dan beberapa teman tim medis mengadakan yankes di lokasi-lokasi banjir. Tim ku pergi ke Tambora dan Jelambar. Di tambora, banjir mencapai sepinggang orang dewasa. Kami pergi ke tempat pengungsian di SMKN 9 Jakarta. Banyak pengungsi yang menderita sakit seperti gatal-gatal, diare, dan ISPA. Dan kebanyakan yang sakit adalah anak-anak. Selain itu, disana juga tidak ada air bersih (bahkan kami harus tayamum untuk melaksanakan sholat), makanan juga masih minim, tidak ada listrik, dan mereka juga kekurangan pakaian. Setelah dari Tambora, Sore hingga malam, kami yankes di Jelambar. Hampir sama dengan Tambora, disana banjir hampir sepinggang orang dewasa. Kami merasakan bagaimana jalan di air banjir, hujan, gelap dan kedinginan. Bagaimana nasib mereka yang tiap saat harus berada di air karena kebanjiran? Rabbiy, ampuni kami yang lalai dan dzolim terhadap diri kami sendiri sehingga kami merasakan dampak akibat kelalaian kami, banjir besar yang menyusahkan kami.

Ahad dan Senin, aku masih terlibat menjadi tim medis. Alhamdulillah kondisi saat ini lebih baik dari sebelumnya. Di beberapa titik, banjir sudah surut. Hanya bekas-bekas banjir yang terlihat (sampah, air yang tergenang, lumpur). Namun hal ini jangan membuat kita lupa lagi. Jangan berhenti berdoa meminta ampun serta perbaiki diri (tidak membuang sampah ditempatnya, terus bersyukur dengan memanfaatkan yang kita punya untuk membantu saudara kita yang membutuhkan). Semoga banjir kemarin menjadi pengingat dan membuat kita makin dekat kepada Allah SWT. Aamiin Allahumma Aamiin..

Saturday 19 January 2013

Ketika Akal dan Hati Bicara Cinta


Di sebuah tempat, seorang hamba ditengah kesunyian alam, akal dan hati berdiskusi berkenaan kasih dan cinta..
Akal : Assalamualaikum, sahabat.
Hati : Waalaikumussalam…
Akal : Apa khabar iman anda?
Hati terdiam…
Akal bertanya sekali lagi.
Akal : Apa khabar iman anda?
Hati : Kurang sehat, MUNGKIN.
Akal : Mengapa?
Hati : Aku merindui dia segenap jiwaku…
Akal : Dia yang mana, sahabatku?

Hati : Kedua dia. Dia yang HAKIKI, juga dia yang entah kemana akhirnya..
Akal : Tidak mengapa, Itukan fitrah manusia.
Hati : Tapi rinduku kepadanya kadangkala membuat jiwaku gelisah. Fikiranku melayang terbang jauh ke angkasa. Kadangkala ketika beribadah juga aku teringat dia.
Akal : Cintamu padanya, juga cintamu padaNya, bukankah cinta kepadaNya kan yang lebih utama?
Hati : Tapi… Aku benar-benar mencintai dia. Aku benar-benar rindu dia. Aku mencintainya kerana Allah. Kami saling menasihati kepada kebaikan. Dan Aku mau mengejar syurga bersamanya.
Akal : Apa makna cinta?
Hati : Kasih dan sayang.
Akal : Bagiku cinta itu gila.
Hati : Mengapa begitu?
Akal : Apabila kita mencintai seseorang, kita asyik mengingat dia. Apa yang dikata jangan, sebisa mungkin kita akan menghindarinya. Apa yang diminta, sebisa mungkin kita mengusahakannya. Bila ada yang lain mendekati, bergolak rasa cemburu. Apakah kau rasa begitu?
Hati : Ya. Begitu yang aku rasa.
Akal : Apa kau tahu apa itu ibadah?
Hati : Orang kata ibadah itu taat dan patuh.
Akal : Ibadah itu juga adalah cinta.
Hati : Bagaimana dimaksudkan begitu?
Akal : Ibadah itu cinta. Berkasih-kasihan dengan Tuhan.
Hati terdiam lagi…
Hati : Jadi… Apa sebenarnya yang ingin kau sampaikan wahai akal?
Akal : Fikirkan, kalau kau benar mencintai dia kerana Allah, apa kau telah mengadu kepadaNya?
Hati : Aku puas sudah berdoa. Aku mendoakannya empat puluh kali setiap hari. Siang dan malam! Tegas hati..
Akal : Apa kau berdoa kepadaNya hanya kerana ketika kau terasa jauh dengannya? Apa kau hanya melipatgandakan ibadahmu ketika jiwamu merasa tak tenang?
Hati diam dan tertunduk…
Akal : Bagaimana mungkin kau katakan cintamu kerana Allah. Sedangkan kau mengabaikan Dia ketika cintamu dengannya sedang indah bercahaya. Sabarlah wahai hati. Doamu mungkin tidak makbul sekelip mata. Barangkali Allah akan memakbulkannya di lain masa. Barangkali Allah akan memberi hadiah yang lebih berharga untukmu!
Aliran kesejukan dan penyesalan terasa semakin deras mengalir ke kepala sang hati…
Akal : Cinta kepada manusia yang gila seperti itu, hanya layak disandarkan kepada Allah. Allah menarik cintamu kerana Allah lebih mencintaimu. Allah merindui doa dan tangisan hambanya. Allah mau kau kembali mengindahkan cintamu kepadaNya!
suasana semakin hening
Hati mulai menangis… Sepi… Kesal..
SEMOGA KITA BISA MENGAMBIL PELAJARAN DAN HIKMAH DARI KISAH DI ATAS

Repost dari blog http://genbizone.wordpress.com/2011/01/06/ketika-hati-dan-akal-bicara-cinta/