Monday 21 January 2013

Banjir Jakarta 2013

Kamis shubuh, aku mendapatkan sms dari ka Dhora isinya memintaku untuk menjadi tim medis Sabtu dan Ahad pekan ini. Kemudian, siang harinya aku mendapat sms lagi dari ka Sa'adah yang memintaku segera ke DPD PKS untuk membantu di dapur umum. Banjir tahun ini menurutku sama seperti banjir 10 tahun yang lalu, banjir besar yang melumpuhkan aktivitas dan menimbulkan banyak kerugian.

11 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2002 sebelum aku pindah ke Jakarta Barat, aku merasakan bagaimana menjadi korban banjir besar. Rumahku yang dulu di Jakarta Utara terkena dampak banjir. Di jalan air tingginya sekitar 2 meter dan di dalam rumah sebesar 1,5 meter (setinggi langit-langit rumah di lantai 1). Kami kesulitan air bersih, bahan makanan, tidak ada listrik, terisolir tidak bisa pergi kemana-mana, dan keadaan tersebut terjadi selama 1 bulan lamanya.

Hal tersebut yang membuatku benar-benar merasakan empati kepada saudara-saudaraku yang terkena dampak banjir tahun ini. Namun, aku belum bisa pergi ke Jakarta karena kami diizinkan pulang dari asrama setiap hari Sabtu dan akses untuk kerumah (angkutan umum) tidak beroperasi akibat banjir. Aku hanya bisa memperkuat doa untuk saudara-saudaraku yang kebanjiran.

Kamis malam, 'sang guru tercinta' mengirim sms, isinya
"Lihat saudara disekitar kita terdekat.. Sudah makan kah mereka? Bagaimana mereka tidur? Lokasi sulit dijangkau, makanan pun tak bisa sampai, apalagi air bersih, bekerja atau memikirkan skripsi? semua itu tak terfikirkan dibenak mereka. Mereka hanya memikirkan kapan air akan surut, kapan mereka akan terbebas dari banjir, bagaimana nasib keluarga dan tetangga mereka ditengah matinya lampu ditengah kegelapan malam, dingin suasana mencekam, akses komunikasi terputus dan air yang semakin meninggi.. Wahai ukhti, buktikan rasa syukur itu, bahwa mereka adalah bagian dari tubuh kita, hilangkan rasa egois itu.. Bagaimana jika mereka adalah kita???"
Jleb!! Aku benar-benar tertohok. Langsung aku balas sms itu,
"iya mba insyaAllah besok lis kesana setelah dapat izin dari ustadzah di RQ dan jika ada angkutan umum untuk pulang".
Tidak lama kemudian datanglah sms kedua dari beliau,
"Teringat wajah ikhwah yang terkena banjir, satu persatu sms itu masuk, bahkan hingga nomer hape lain yang mereka kirimkan karena hape mereka mati.. Mereka katakan, 'mba disini butuh 500 bungkus nasi, masih banyak yang belum makan. mba disini mati lampu. Mba, air semakin meninggi. Mba, disini tidak ada air bersih. Mba, tetanggaku kesetrum. Mba, balita tetanggaku sudah berhari-hari tidak makan. Mba, balita dekat rumahku hanyut. Mba, kapan ya bantuan itu datang?' semua ikhwah berjibaku menolong mereka, tanpa kenal lelah bahkan menerobos ketinggian air yang dapat membahayakan nyawa mereka 24 jam demi saudara mereka. Bagaimana dengan kita?"
Astaghfirullah.. Allah, ampuni hamba.. airmataku menetes tak kuat menahan sedih yang membuncah. Langsung ku balas sms beliau,
"Iya mba, insyaAllah Lis besok kesana"

Jumat siang aku berangkat ke DPD PKS Jak-Bar. Ketika sampai, disana terlihat beberapa ummahat dan teman-temanku yang sedang memasak nasi, memasak telur, memasak mie, dan yang sedang mengiris bumbu. Akupun segera bersatu dengan mereka. Membuat 2000an bungkus nasi untuk makan malam, yang akan dikirim ke warga di Jak-Bar yang menjadi korban banjir.

Sabtu pagi aku dan beberapa teman tim medis mengadakan yankes di lokasi-lokasi banjir. Tim ku pergi ke Tambora dan Jelambar. Di tambora, banjir mencapai sepinggang orang dewasa. Kami pergi ke tempat pengungsian di SMKN 9 Jakarta. Banyak pengungsi yang menderita sakit seperti gatal-gatal, diare, dan ISPA. Dan kebanyakan yang sakit adalah anak-anak. Selain itu, disana juga tidak ada air bersih (bahkan kami harus tayamum untuk melaksanakan sholat), makanan juga masih minim, tidak ada listrik, dan mereka juga kekurangan pakaian. Setelah dari Tambora, Sore hingga malam, kami yankes di Jelambar. Hampir sama dengan Tambora, disana banjir hampir sepinggang orang dewasa. Kami merasakan bagaimana jalan di air banjir, hujan, gelap dan kedinginan. Bagaimana nasib mereka yang tiap saat harus berada di air karena kebanjiran? Rabbiy, ampuni kami yang lalai dan dzolim terhadap diri kami sendiri sehingga kami merasakan dampak akibat kelalaian kami, banjir besar yang menyusahkan kami.

Ahad dan Senin, aku masih terlibat menjadi tim medis. Alhamdulillah kondisi saat ini lebih baik dari sebelumnya. Di beberapa titik, banjir sudah surut. Hanya bekas-bekas banjir yang terlihat (sampah, air yang tergenang, lumpur). Namun hal ini jangan membuat kita lupa lagi. Jangan berhenti berdoa meminta ampun serta perbaiki diri (tidak membuang sampah ditempatnya, terus bersyukur dengan memanfaatkan yang kita punya untuk membantu saudara kita yang membutuhkan). Semoga banjir kemarin menjadi pengingat dan membuat kita makin dekat kepada Allah SWT. Aamiin Allahumma Aamiin..

No comments:

Post a Comment