Tuesday 7 August 2012

Ta'aruf atau Pacaran



Pagi ini, Jumat  07 Jan 2011 Ibuku membawakan aku dan keluargaku gorengan. Yah seperti ritual saja memang, setiap pagi selalu ada kopi panas dan Alhamdulillah ada juga gorengannya (walaupun seringnya di awal bulan. Hehe..). Saat mengambil gorengan pertama, aku tidak terlalu memperhatikan bungkus kertasnya, karena aku sedang sangat sibuk dengan gorenganku. Ketika ku ambil gorengan kedua, baru aku sadar bahwa judul di bungkus kertas gorengan yang sudah kotor dengan minyak dan remah-remah gorengan itu cukup menarik. Judul ini yang cukup banyak ditanyakan teman-teman kepadaku. Aku baca isinya dan muncullah ide untuk sharing ilmu kepada teman-temanku. Tak akan kubiarkan hikmah besar yang kutemukan pagi ini melalui sekantong plastik gorengan hangat, terbuang di tempat sampah begitu saja (melebay. Hehe..). Artikel ini berjudul “Ta’aruf atau Pacaran” yang ditulis oleh Drs. Yosri Fajar. Lets cekidot  =D


                                               Ta’aruf atau Pacaran
           Mpok Ati, istri Bang Somad akhir-akhir ini agak kesal dengan sikap suaminya yang melarang anaknya Marni pacaran dengan si Ucup, tetangga dekatnya. Mpok Ati membolehkan dan malah menyuruh Marni pacaran. Sedangkan Bang Somad melarang sama sekali.

          Sore itu, ketika Marni tidak ada dirumah, Mpok Ati bertanya kepada Bang Somad:
“Bang, kenapa sih Abang melarang Marni pacaran?”
“Ti, elu mesti tau pacaran itu dilarang dalam agama Islam. “ jawab Bang Somad tegas dan ringkas.
“Tapi Bang, bagaimana orang bisa memilih suami atau istri yang cocok dan sesuai dengan kehendak hati kalau tidak pakai  pacaran. ‘kaya’ membeli kucing dalam karung aja. Dengan pacaran orang bisa mengenal karakter pasangannya masing-masing. Tidak asal milih. Lagipula umur Marni sudah cukup, kalau tidak punya pacar nantinya tidak laku dan akhirnya jadi perawan tua.” Kata Mpok Ati memberi alasan.
“Ah, orang pacaran banyak bohongnya, suka mengumbar hawa nafsu. Dengan pacaran orang juga melakukan zina mata, zina hati dan zina-zina yang lain. Lama-lama anak kita bisa hamil duluan sebelum nikah. Naudzubillahimin dzalik.” Kata Bang Somad menimpali.
“Bang Somad ekstrim bener, memang susah ngomong sama Abang.” Kata Mpok Ati sedikit kesal.
“Denger dulu Ti, yang boleh tuh “ta’aruf”. Kata Bang Somad.
“Apaan tuh ta’aruf?” tanya Mpok Ati.
“Itu seperti pernikahan si Jali dengan si Romlah, tetangga kita. Tidak pakai pacaran, tapi pakai ta’aruf. Pestanya juga dipisah. Tidak campur baur laki-laki dan perempuan. Itu pernikahan yang benar, pernikahan yang islami.” Jawab Bang Somad menjelaskan.
Mendengar penjelasan itu, Mpok Ati hanya terdiam. Lalu pergi meninggalkan Bang Somad sendirian.

         Sejak mendapat penjelasan itu, Mpok Ati lama berpikir, akhirnya membenarkan apa yang dikatakan suaminya. Selama ini ia memang belum tau tentang hukum pacaran, apalagi tentang istilah ta’aruf. Baru kali ini ia mendengarnya. Oleh karena itu besok, pada saat pengajian ibu-ibu dimasjid ia akan menanyakan tentang hal itu lebih jauh lagi kepada Ustadz AbdurRahman, Ustadz yang juga guru ngaji suaminya.
“Ustadz, apa pacaran itu boleh atau tidak? Dan apa yang dimaksud dengan ta’aruf?” tanya Mpok Ati kepada Ustadz AbdurRahman pada waktu tanya jawab pengajian.
“Pacaran itu hukumnya dilarang dalam agama Islam. Baca dalam Al Qur’an surat An Nur ayat 30 dan 31. Dan juga larangan Allah mengenai mendekati zina dalam surat Al Israa ayat 32. Begitu juga dalam hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
‘Hai Ali, janganlah perturutkan satu pandangan kepada pandangan yang lain, karena sesungguhnya buatmu adalah yang pertama dan bukan yang akhir (kedua). (HR Ahmad dan Abu Daud).
Satu lagi: ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya jangan bersepi-sepian berduaan dengan wanita tanpa disertai muhrimnya, karena sesungguhnya orang ketiga adalah syetan. (HR Ahmad).
Dan satu lagi: ‘Sungguh kepala salah seorang diantara kalian ditusuk dengan jarum besi lebih baik daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya (HR Tabrani dan Baihaki). Kata ustadz AbdurRahman.
“Sedangkan ta’aruf adalah suatu proses pengenalan dalam rangka menggali  informasi tentang pasangannya, dengan memakai perantara, tanpa pacaran sebelum memasuki pernikahan. Rasulullah SAW menyuruh setiap orang yang ingin menikah agar melihat calon pasangannya.” Tambah ustadz AbdurRahman.
“Pak Ustadz, waktu melihat itu apakah hanya berdua saja?” tanya Mpok Ati.
“Oh tidak, tetapi ditemani perantaranya. Untuk wanita, batas yang boleh dilihat hanya wajah dan telapak tangannya. Wanita diperintahkan oleh Allah wajib memakai jilbab, busana muslim yang sesuai dengan syariat islam, seperti yang diperintahkan Allah dalam Al Quran surat Al Ahzab ayat 59 dan surat An Nur ayat 30 dan 31, serta dibeberapa hadits Nabi SAW.” Jawab ustadz AbdurRahman.
“Jika disuatu masyarakat pacaran dibolehkan, maka akan muncul pergaulan bebas dan akhirnya banyak terjadi perzinahan dan perselingkuhan. Sekarang banyak terjadi anaknya bebas berpacaran dan orangtuanya berselingkuh. Hal inilah diantara penyebab datangnya berbagai musibah dan murka Allah. Allah memberi aturan untuk menghadapi masalah ini. Ada dua konsep atau aturan itu, pertama, pencegahan: jangan mendekati zina. Mendekati zina saja tidak boleh apalagi melakukannya. Kedua, menghukum: bila terjadi ada hukumnya, yaitu hukum cambuk dalam surat An Nur ayat 2 dan hukum rajam, diantaranya dalam hadits Rasulullah SAW, dari Jabir bin Abdillah RA, katanya: “Ada seorang laki-laki berzina dengan seorang wanita, lalu Rasulullah SAW memerintahkan supaya terhadap laki-laki itu ditegakkan had dengan didera. Kemudian Rasulullah SAW dikabari bahwa orang itu muhshan: maka Rasulullah SAW memerintahkan supaya dia dirajam (HR Abu Daud). Kesimpulannya, yang benar itu adalah ta’aruf ketika orang ingin menikah.” Jelas ustadz AbdurRahman.
Mpok Ati dan sebagian jamaah yang lain mengangguk-angguk, semuanya serius mendengarkan uraian ustadz AbdurRahman.

         Setelah mendengarkan penjelasan ustadz AbdurRahman , Mpok Ati kini menjadi semakin paham kenapa Bang Soad begitu tegas melarang Marni pacaran. Dia melihat Bang Somad memang telah banyak berubah. Aktivitasnya dua tahun belakangan ini selain mencari nafkah, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan pengajian dan dakwah yang dipimpin oleh ustadz AbdurRahman. Sepekan sekali ia mengaji dengan ustadz AbdurRahman. Kadang-kadang ia bersama teman pengajiannya bermalam di masjid, pergi ke puncak dan bermain sepak bola.

        Mpok Ati kini bersyukur kepada Allah, suaminya yang dulu jauh dari pemahaman dan pengamalan agama, kini menjadi orang yang begitu taat pada agama. Ibadahnya, sholat lima waktu, tahajud, dhuha, baca qur’an dan puasanya semakin rajin. Wajah Bang Somad kini terlihat bersih dan bercahaya. Dan akhirnya Mpok Ati semakin mengerti, selain hidayah Allah, boleh jadi sosok pribadi Bang Somad kini adalah hasil pendekatan dan pembinaan ustadz AbdurRahman selama ini.

No comments:

Post a Comment